Eksekusi Pidana Mati Tindak Pidana Narkotika

Di Indonesia Eksekusi Pidana Mati menimbulkan Pro dan Kontra yang sampai saat ini masih hangat untuk dikaji. Selama periode dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 terdapat 106 narapidana yang telah dijatuhi pidana mati. Dari 106 Terpidana tersebut, terdapat 18 narapidana yang telah di eksekusi, dan masih terdapat 88 narapidana yang masih menunggu eksekusi. Sebagian dari jumlah tersebut telah mengajukan grasi kepada Presiden dan kesemuannya telah ditolak, artinya mereka dalam proses menunggu untuk dilakukannya eksekusi mati. Kebijakan tentang penundaan dalam penerapan pidana mati menimbulkan efek yang berpotensi menyebabkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, seperti: (a) terjadinya ketidakpastian hukum yang mengakibatkan terpidana mati tidak bisa menggunakan hak-haknya untuk diperlakukan secara adil dimata hukum, (b) adanya perlakuan yang diskriminatif yakni dengan membeda-bedakan masa hukuman antara terpidana mati yang satu dengan yang lainnya, (c) selain itu juga adanya indikasi penyiksaan terhadap terpidana mati yakni dengan memberlakukan pidana mati ditambah dengan pidana penjara (dalam kurun waktu yang tidak menentu). Hal ini pada gilirannya akan memunculkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum.

Untuk itu pada awal buku menguraikan Tentang Sistem Peradilan Pidana dan pemidanaan serta Tentang Pidana Mati Terpidana Narkotika yang dapat dijadikan dasar penulisan. Selain itu pendiskripsian karakteristik eksekusi pidana mati terhadap narapidana narkotika dengan mengkaji data terpidana mati serta dalam menjawab Faktor-faktor yang mempengaruhi eksekusi mati terhadap narapidana narkotika dianalisis dengan menggunakan Teori menurut Soerjono Soekanto.